Pembangunan Talud Di Rt 01 Tangkluk

Pengerjaan pembangunan infrastruktur jalan kampung terus dikebut,tidak terkecuali pembangunan talud di pinggir dusun tangkluk untuk mengurangi erosi dari dampak air bendungan Tandon.Hal ini di karenakan musim hujan akan segera tiba jadi pengerjaan masih terus dilakukan selama dana masih mencukupi dan warga masih belum terlalu sibuk mengurus lahan sawahnya masing-masing.







Pengecoran jalan buntu Dusun Tangkluk

Alhamdulillah dusun tangkluk telah mendapatkan bantuan dari PNPM Mandiri untuk pembangunan jalan, sayangnya pembangunan jalan ini dinilai kurang trep menurut warga karena dibangun dijalan buntu yg sangat jarang dilewati dibanding jalan lain yang lebih perlu penanagan serius misal jalan ke pasarean.


















Idul Qurban 2014

Alhamdulillah hari Raya Idul Adha sudah terlewati dengan lancar, selancar makan daging di hari raya Idul Qurban.. hee..hee. Dan inilah beberapa gambar yang berhasil didapat waktu pelaksanaan penyembelihan hewan qurban sampai selesai.

Masjid Al Hadi

Interior dalam masjid

Pemasangan bambu pada tiang untuk persiapan hewan kurban


Proses penyembelihan kambing

Masyarakat bersama karangtaruna 

menguliti kulit kambing dengan digantung agar lebih mudah

Penyembelihan sapi

Waktunya istirahat minum segelas teh hangat dengan sepotong pohong

Pemotongan daging dengan ukuran lebih kecil agar bisa dibagi rata seluruh desa

Ibu-ibu PKK pun tidak ketinggalan dalam membantu pembagian daging qurban





Waktunya bersih-bersih alas terpal


Setelah selesai pembagian daging qurban saatnya untuk makan bersama




Pamudita Putra Menang Lomba volley Susukan Cup 2014






   Alhamdulillah tahun ini Pamudita tangkluk mendapatkan gelar juara umum untuk pamudita putra dan putri.
Salut untuk seluruh Pamudita tangkluk maju terus raih banyak prestasi tunjukkan pada dunia kita pasti bisa membuat bangga timnas tangkluk.

Asal Usul Asale Desa Pare

ASAL USUL 
Asale Desa Pare Wonogiri

Kantor Desa Pare Wonogiri (Bony EW/JIBI/Solopos)Kantor Desa Pare Wonogiri (Bony EW/JIBI/Solopos)
Solopos.com, WONOGIRI– Desa Pare terletak di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Wilayah tersebut tak jauh dari pusat Kota Gaplek sekitar empat-lima kilometre. Karakteristik masyarakatnya pun tak jauh berbeda dengan wilayah lain di Wonogiri. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, buruh dan pedagang. Di balik kondisi sosial ekonomi masyarakat itu, Desa Pare mempunyai riwayat yang cukup menarik.
Nama desa tersebut berasal dari tanaman pare yang tumbuh mengelilingi desa tersebut pada zaman dahulu. Para warga setempat mengaitkan sejarah berdirinya desa tersebut dengan tanaman pare yang tumbuh subur di wilayah tersebut.
Kala itu, seorang kyai melintas di wilayah desa tersebut. Dia berjalan kaki menyebarkan ajaran agama Islam melalui dakwah. Kyai tersebut cukup dikenal lantaran kerap menolong warga setempat yang menderita sakit keras. “Pada zaman dahulu tanaman pare tumbuh subur, saat itu baru sedikit warga yang menanam tanaman padi,” ujar sesepuh sekaligis tokoh masyarakat (toma) Desa Pare, Slamet saat ditemui Espos, Jumat (28/2).
Saat hendak berdakwah, kyai tersebut mendengar suara mengerang kesakitan yang berasal dari salah satu rumah penduduk. Sontak, dia langsung menghampiri rumah itu untuk mencari tahu sumber suara tersebut. Ternyata, sumber suara tersebut berasal dari seorang warga yang menderita sakit keras. Dia tergeletak di dalam rumah sambil terus mengerang kesakitan.
Tak berapa lama kemudian, kyai tersebut langsung memetik buah pare yang tumbuh di sekitar rumah tersebut. Buah pare yang dipetik sebanyak tiga biji. Kyai itu langsung memberikan buah pare kepada warga yang menderita sakit keras. “Warga yang sakit itu diminta memakan buah pare hingga habis bila ingin sakitnya sembuh total,” jelas dia.
Selang beberapa jam, warga yang sakit itu merasa tubuhnya segar bugar. Rasa sakit yang dideritanya selama berbulan-bulan seketika hilang dengan memakan buah pare. Sejak kejadian itu, warga setempat sepakat memberi nama desa tersebut dengan nama pare.
Seorang warga Desa Pare, Selogiri, Purnomo menuturkan kini hanya beberapa warga yang masih memelihara tanaman pare di halaman rumahnya. Biasanya tanaman pare merambat di pagar-pagar rumah penduduk. Selain berkhasiat sebagai obat, buah pare biasa diolah menjadi masakan oleh warga setempat.